Aku ingin menceritakan padamu dan pada dunia, bahwa aku punya seorang mama, wanita perkasa.
Sri Sunarni namanya. Lahir dari seorang ayah niyaga (penabuh gamelan) dan seorang ibu Sinden.
Cantik parasnya, lembut hatinya, dan sangat pekerja keras.
Tahun1988 mengaku percaya pada Yesus Kristus dan menyerahkan diri pada-Nya. Menjadi istri dari seorang pria tampan yang sangat mengasihinya, Tranggono. Dan melahirkan 3 orang anak: Dyah Ajeng Trenggonowati, Eliani Angga Safitri dan Yosua Adi Anggono. Masa muda dilaluinya dengan banyak perjuangan untuk memberikan kasih sayang, kecukupan dan semua hal terbaik bagi keluarga yang sangat dikasihinya.
Tahun 1996, hatinya ditempa ketika harus menemani sang suami menjalani oerasi dua kali berturut-turut. Bulan Februari operasi hernia, 8 bulan kemudian operasi pengambilan batu ginjal. Dengan setia menemani suami melewati masa-masa sulit, sambil terus bertekuk lutut berdoa, serta meyakinkan ketiga buah hatinya kalau semua akan baik-baik saja. Dan memang benar, semua bisa kami lalui bersama. Delapan tahun kemudian, Tahun 2004 kembali lagi dia harus meneguhkan hatinya dan menyiapkan diri untuk segala kemungkinan, ketiga kalinya menemani papa di RS, menjalani operasi yang sama dengan operasi kedua, pengambilan batu ginjal. Yang inipun bisa dilaluimua bahkan membuatnya semakin tegar, semakin setia berlutut berdoa, dan semakin berserah kepada Tuhan, pemilik hidupnya.
Begitu banyak hal yang telah dia lakukan bagi kami. Dia membangun iman keluarga, menjadi mezbah doa, membangunkan kami pagi-pagi untuk renungan bersama. Dia menceritakan pengalaman-pengalaman imannya bagaimana Yesus menemukannya dan membuat dia menyerahkan diri pada-Nya. Dia juga yang telah memberikan teladan bagaimana melayani dengan hati (aku ingat sekali dia sering berkata: Kalau melihat diriku, aku manusia merasa tidak mampu mengerjakan pelayanan ini, tapi karena Allah yang telah mempercayakan pelayanan ini, aku yakin dia juga pasti yang akan memperlengkapi dan menyertai). Dia juga mengajarkan untuk tidak mencintai manusia dengan seluruh hati kita, karena hanya Tuhan yang layak mendapatkan cinta seperti itu. Dan pengharapan pada manusia seringkali membawa pada kekecewaan, hanya pengharapan pada Allah yang tidak mengecewakan.
Dialah wanita pekerja keras yang cerdas dan selalu memanfaatkan peluang. Dahulu dia suka membeli pakaian dari luar kota lalu menjualnya sampai ke desa-desa sebelah, naik sepeda federal merah. Memboncengkan aku di belakang sambil menawarkan baju-baju dagangannya. Pernah juga dia berjualan sprei yang dijahit oleh temannya. berjualan beras, emping melinjo dan kacang mete yang dia beli dari Boyolali dan Solo. Kalau dia kulakan biasanya sampai rumah bisa larut malam padahal paginya masih harus bekerja di kantor. Sepertinya dia tidak pernah lelah. Dia bersama papa juga pernah mengusahakan tambak udang dan garam walaupun cuma sebentar. Sekarang dia mendukung papa untuk mengusahakan sawah menanam padi, dan membangun rumah kost kecil-kecilan di Rembang. Pokoknya dia jempolan dalam menjalankan berbagai usaha hehehe..
20 November 2010 dia menelponku, memberitahukan bahwa ada kista di ovariumnya yang sudah cukup besar. 26 November Papa mengantarkannya ke RS di Kudus, tempatnya agak jauh dari Rembang. Karena tidak ada yang bisa menemani, dia menginap sendirian di sana. Dia menandatangani sendiri dokumen-dokumen RS padahal sudah pakai infus, melakukan beberapa tes dan pemeriksaan sambil menunggu operasi besok siang. Pukul 11 besoknya, suami, anak dan saudara-saudaranya sudah sampai di RS dan menunggunya di ruang operasi. Semua berjalan lancar, walaupun kistanya ternyata sudah sangat besar, sebesar kepala bayi, bahkan sampai lengket di usus. Seharusnya dia sudah merasakan sakit dan sangat nyeri selama beberapa tahun terakhir ini, tetapi dia tidak pernah menanggapi atau merasa-rasakannya. Hari minggu pagi aku baru sampai di RS, menemaninya selama 4 hari 3 malam, ber-Saat Teduh berdua, sharing dan saling mendoakan. Melihatnya pulih perlahan-lahan pasca operasi.
Dia sangat hebat, hati dan fisiknya sangat kuat. Namun imannya jauh lebih kuat.
Hatinya akan menangis bila melihat teman atau saudaranya kesusahan atau kekurangan dan ia akan membantu sekuat tenaga. Kalau ada anaknya yang sakit (sakit hati maupun sakit fisik) dia bisa lebih merasakan sakitnya berkali-kali lipat. Dia terlalu sering memikirkan yang terbaik bagi orang-orang di sekitarnya, sampai melupakan dirinya sendiri. Sangatlah banyak orang yang membutuhkannya. Jika aku membaca Amsal 31:10-29, bagiku dialah wanita itu.
Bagiku, anugerah terbesar adalah mengenal Yesus Kristus dan menyerahkan diri menjadi milik-Nya. Sedang anugerah terbesar kedua setelah itu adalah dilahirkan olehseorang Sri Sunarni, Sang Wanita Perkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar