Yer 31:3

Yer 31:3
"I've never quit loving you and never will. Expect love, love, and more love! (The Message)

I have loved you with an everlasting love...

Selasa, 31 Januari 2012

Thanksgiving January


Tahun 2011 kami tutup dengan duduk berdua di atas tempat tidur sambil mengingat kembali semua peristiwa yang telah terjadi di tahun 2011. Tuhan telah banyak kali melakukan kebaikan-kebaikan dalam hidup kami. Rencana-rencana yang telah kami susun, diubah sedemikian rupa oleh Tuhan, dan Dia gantikan dengan yang jauh lebih baik. Saat menjalaninya memang tidak mudah. Yang kami lihat adalah kekacauan di sana sini, rencana yang aku susun detail dan sistematis seolah dibongkar paksa oleh Tuhan. Kadang aku bingung, kadang muncul rasa cemas, emosi, sedih atau kecewa. Tapi ketika saat ini kami sudah berdiri di tahun 2012 dan menengok ke belakang di masa yang telah lalu itu, kami melihat betapa indahnya perjalanan yang telah Tuhan ukirkan dalam kehidupan kami. Ada pergumulan, ada air mata, ada sukacita, ada pertumbuhan iman, dan yang pasti ada dua pribadi yang disatukan oleh tangan kasih-Nya.

Tahun 2012 kami awali dengan mengikuti perjamuan kudus di gereja. Lalu cuddling di rumah. Bulan Januari ini aku ikut beberapa proyek berharap agar imanku terus bertumbuh.  Aku buat Christ Centered Goal Setting yang aku download dari majalah Pearl (Thank God for this magazine). Program bulanannya a.l membuat notes thanksgiving, mengirim sms ayat-ayat penguatan, mempelajari 12 tokoh alkitab tiap bulan, dan membaca 1 buku rohani tiap bulan. Nah untuk program tahunan belum semua terlaksana di bulan ini, yang udah jalan cuma bible reading, itupun karena emang aku udah melakukannya sejak tahun lalu. Semoga bulan ini bisa mulai mengerjakan program yang lain juga. Bulan ini aku juga ikut Grup di FB namanya: 50 Weeks for Spiritual Growth. Sebenarnya grup ini lebih banyak merefresh ttg bagaimana memahami Firtu (PA), disamping beberapa latihan dan perbincangan untuk belajar menggali firtu mandiri. Sangat bagus buat aku, tapi karena biasanya aku bukanya pas di kantor jadi kadang sulit untuk benar-benar fokus. Makanya selama ini paling aku pelajari lessonnya sama jawab pertanyaan aja. Kalau ada diskusi-diskusi gitu aku gak pernah ikut, paling cuman baca-baca :D Aku sangat bersyukur untuk seorang Shinta Poulsen yang punya inisiatif untuk membentuk grup ini, bersyukur juga untuk teman-teman lain yang ikut grup ini.

Mas Tyan sudah beberapa bulan sakit di bagian urat saraf bagian belakang, pantat sampai kaki. Bulan Desember sudah ke dokter tapi tidak sembuh juga, udah dipijat berkali-kali juga tidak sembuh.  Kami sangat bersyukur bulan ini Mas Tyan benar-benar sudah sembuh setelah kami berobat ke RS. Saat berobat itulah kami tahu kalau dia terlalu lelah dengan perjalanannya setiap hari kerja dan kuliah dengan jarak yg sangat jauh dan beban tas ransel yang berat, ditambah lagi hobinya main futsal yang ternyata tidak baik untuk kondisi saraf tulang belakangnya. Jadinya sebulan ini Mas Tyan Cuma pakai tas kecil isi dompet dan HP selama ke kantor, dan puji Tuhan bulan ini dia libur kuliah jd perjalanannya berkurang. Dia juga sama sekali berhenti maen futsal. Mungkin Bulan Maret dia baru boleh main futsal lagi. Sebulan ini kami jadi lebih banyak menghabiskan waktu berdua karena dia libur kuliah. Aku sangat bersyukur menjadi istri yang paling beruntung di dunia hehehe… Dia mau membantu di dapur, entah bantuin masak ataupun cuciin peralatan dapur yang kotor. Ada satu hari dimana aku capek banget dan dia yang bantu ngerjain semua pas hari Minggu kemarin. Dia cuci peralatan dapur yang kotor, ngosek kamar mandi, nyapu dan bersih-bersih. Hehehehe dan aku tidur :P Saat aku pengen makan gule, dia juga mau beliin walaupun sudah akhir bulan :D akhirnya beli satu porsi cuma buat aku dan dia makan tempe :p emang tempe makanan kesukaannya sih, selain untuk berhemat. I am really a blessed wife. Suamiku itu benar-benar tipe pemimpin yang sangat menyayangi dan melayani istrinya. He is the best husband in the world. Dan aku yakin, 10, 20, 30 tahun lagi bahkan lebih, aku akan tetap mengucapkan kalimat ini: He is the best husband in the world.

Bulan ini juga bersyukur karena hasil memogramnya mama bersih dari sel kanker. Rasa sakit yang dia rasakan di payudaranya selama 2 bulan terakhir ini ternyata karena infeksi. Walaupun sudah beberapa kali diobati, mama msh merasakan sakit. Semoga dia segera sembuh total, tidak ada sakit penyakit yang berbahaya dalam tubuhnya. Kalau mama sakit tuh kasihan banget soalnya biasanya dia yang ngurusin orang-orang yang sakit di sekitarnya. Dia juga masih sangat aktif dalam pekerjaannya baik di kantor, di warung maupun di rumah mengurus suami dan cucu-cucunya. Makanya kalau dia sakit, pasti banyak sekali orang yang susah. She is a great woman. Selain itu kondisi Yosi (my little brother) juga agak kurang baik, karena sesuatu hal yang terjadi saat kapalnya mendarat di Kendari. Puji Tuhan sudah segera diobati walaupun belum sembuh total. Semoga dia bisa makin dewasa dalam mengambil sikap dan keputusan sehingga tidak mudah mengikuti cara hidup teman-temannya yang kurang baik.

Masih banyak ucapan syukur lagi buat Tuhan, tapi satu hal lagi yang menurutku perlu aku tulis adalah ucapan syukur atas pertumbuhan iman adik-adik rohaniku dalam KKP kami di STAN. Bulan Januari kami telah menyelesaikan MHB dan akan masuk ke seri PA Kotbah di Bukit. Agak terlambat memang dibandingkan dengan kelompok yang lain. Tapi aku pribadi sangat bersyukur bisa menyelesaikannya, mengingat jarak kantor dan rumahku dari Bintaro sangat jauh. Aku sangat bersyukur Tuhan kasih kesetiaan buat aku melanjutkan pelayanan di sana. Mereka semua, kecuali Ibeth, sudah belajar memimpin PA dan aku lihat persiapannya sudah lumayan, walaupun kadang ada yang kurang sungguh-sungguh (menurutku). Pertemuan mendatang Ibeth yang akan memimpin KKP kami, semoga dia persiapan sungguh-sungguh. Aku menyadari betul bahwa peranku bagi mereka adalah untuk menanam dan menyiram, tapi Tuhanlah yang memberi pertumbuhan. Karena itu aku meminta kepada Tuhan, kiranya Dia senantiasa mengaruniakan pertumbuhan iman kepada kami berenam. Dan sepanjang proses pembelajaran ini kami makin dicelikkan untuk mengenal Allah dan makin dikuduskan.

Rabu, 04 Januari 2012

Moses

Cerita tentang Musa terbagi dalam tiga periode yaitu 40 tahun pertama di rumah Firaun, 40 tahun kedua di padang midian sebagai gembala, 40 tahun ketiga sebagai pemimpin bangsa israel keluar dari mesir. Jadi Musa hidup di 3 masa kehidupan.
A. the birth of the leader
Sejak bayi Musa tinggal bersama ibu kandungnya sampai usianya sudah cukup dewasa barulah dia tinggal di istana Firaun. Musa mendapat pengajaran mengenai Allah melalui orang tuanya saat masih kecil. Waktu itu ibunya sendiri yang menyusuinya walaupun dia diangkat sebagai anak Firaun. Saat di istana, dia menjalani hidup di 2 dunia, yaitu sebagai anggota keluarga raja sekaligus  budak sebagai bangsa israel. Yang bisa kita dapatkan dari sini adalah bahwa kita tidak dapat hidup pada dua dunia untuk selamanya. Tidak ada orang yang dapat menghamba kepada dua tuan. Hidup adalah mengenai pilihan2 yang kita buat dan konsekuensi dari apa yg kita pilih. Musa menjadi contoh bagaimana kita harus berhikmat dalam mengambil pilihan-pilihan kita. Musa memilih meninggalkan istana dan menjadi hamba.
ibrani 11 : 23-27
kita dapat melihat 4 proses, yaitu:
1. Ay 24 : karena iman musa menolak dianggap sebagai putri firaun. Bahkan pada saat itu musa sudah dalam posisi yg “besar”. Dia melepaskan segala sesuatu yg “baik” demi kesengsaraan dan penderitaan sebagai bangsa israel. Sangat bertolak belakang. Itulah pertobatan. Kita berjalan di arah yg berbeda dengan dunia. Bila musa sebelumnya berjalan ke arah kenyamanan dan kemakmuran, namun kemudian berbalik menjadi seorang budak di mesir. Ini membawa kaki musa ke arah yang berbeda. Dia melepaskan segala kenikmatan sebagai putra firaun agar dapat memeluk sepenuhnya jalan yg baru. Dan dia lakukan ini dengan keadaan sadar sepenuhnya karena dia tahu dengan jelas apa konsekuensi dari pilihannya.
2. Ay 25 : dia memilih untuk menderita. Kebanyakan dari kita lebih memilih penderitaan selamanya demi kesenangan sementara. Tapi musa memilih kesengsaraan daripada kesenangan. Musa telah melihat dalam 40 tahun kehidupannya di istana, orang-orang memiliki segalanya tapi tetap merasakan kekosongan di dalam hidup mereka. Musa membandingkan orang tuanya yg sebagai budak yang di mata dunia tidak memiliki apa-apa tapi memiliki relasi yg hidup dengan Allah yang hidup. Ini yg membuat musa memilih untuk hidup menderita karena tahu di dalam Tuhan dia memiliki segalanya.
Nilai hidup kita akan mereflesikan pilihan-pilihan kita. Musa menilai bahwa penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yg jauh lebih besar dari semua harta mesir.
3. Musa melihat jauh ke depan, bukan kehidupan di dunia. Musa melihat upah sebagai umat Allah yang akan dia terima saat memilih untuk taat kepada Allah.
4. Musa memulai dengan dasar iman. Ay. 27. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yg tidak kelihatan. Inilah dasar iman. Dan musa membangun nilainya di atas dasar iman.

B. Penggemblengan di Padang Gurun

Keluaran 15 : bangsa israel setelah melewati laut merah.
ini adalah masa 40 tahun musa yang kedua. Dimana musa bekerja pada ayahnya zipora sebagai gembala di padang midian.
Tuhan seringkali menggunakan padang gurun untuk menjadi tempat pelatihan hamba2nya.
Bangsa israel selama 400 tahun sebagai budak di mesir, banyak dari mereka yg akhirnya mengikuti allah mesir dan mereka tidak mengenal Allah Abraham, Ishak, Yakub.
Dalam pengembaraan di padang gurun, Allah mengajarkan mereka 3 pelajaran penting.
Kebanyakan dari kita hanya memikirkan tujuan. Padahal yg paling penting adalah pengajaran Allah bagi kita saat kita masih dalam perjalanan. Seperti itu juga umat israel.
  • Pelajaran yg pertama : kel 15 : 22
mereka 3 hari tidak menemukan air setelah tiga hari sebelumnya Allah membelah laut untuk mereka. Dan mereka mulai mengeluh.
Tokoh2 alkitab biasanya didefinisikan dalam satu karakteristik. Abraham sbg orang beriman, Daud org yg berkenan di hati Allah, murid Kristus sebagai orang yg kecil imannya.Dan orang israel memiliki karakter sebagai umat yang selalu mengeluh.
Kisah musa melemparkan sepotong kayu sehingga air di Mara menjadi manis, ada yg menganggap ini sebagai perumpaan tentang salib. Yesus datang ke dunia yang penuh kepahitan ini, disalib, untuk mentransformasi hidup manusia dengan karya keselamatannya.
Seperti kata Yusuf “engkau merancangkan yg jahat kepadaku tapi Tuhan mereka-rekakannya untuk kebaikan.”
Allah menggunakan salib Kristus untuk mentransformasi hidup kita.
  • Pelajaran kedua : Kel 16 : 1-2
bangsa israel sudah satu setengah bulan dalam perjalanannya. Pelajarannya adalah bagaimana kita mempercayai providensia Allah dan kita harus menggantungkam diri kita sepenuhnya. Allah sudah mengetahui kebutuhan kita sebelum kita minta kepadaNya.
Dalam dunia modern, berjalan dalam iman adalah pelajaran paling sulit. Setiap hari kita harus mengingat apa yg Allah berikan kepada kita. Semua yang kita terima berasal dari Allah.
Dalam pasal ini Allah mengajarkan bangsa israel bukan hanya untuk mempercayai Allah tapi juga taat kepada Allah.
Percaya dan taat selalu berkaitan.
  • Pelajaran ketiga : kel 17 :
bangsa israel mengeluh kepada musa bukan kepada Allah. Tujuan dari pelajaran di pasal ini adalah Allah ingin mengajar bangsa israel untuk meminta kepada Allah untuk apa yang mereka perlukan. Mereka harus puas atas apa yang Tuhan berikan. Pelajarannya adalah bukan kehadiran Allah atas kebutuhan mereka, tapi tidak adanya kepuasan dalam apa yang sudah Tuhan berikan kepada mereka.
C. Menjadi Umat Allah
Mulai pasal 20, Allah mengarahkan hidup umat israel untuk hidup menurut hukum dan ketetapan Allah.
Kel 32 : 1
dosa bangsa Israel saat membuat dewa lembu emas, bukan melanggar hukum pertama tetapi hukum kedua. Mereka menyembah Allah yg benar dengan cara yg salah. Ini karena terpengaruh agama di mesir.
Semakin lama kita berada di hadapan Allah, semakin kita dapat melihat dari perspektif Allah dan melihat prioritasnya, seperti saat musa di atas gunung selama 40 hari.
Dosa bangsa israel dari perspektif Allah : Self corruption. Mereka merusak diri mereka sendiri dan akibatnya mereka berdosa kepada Allah. Dikatakan di ay.8
Saat Allah ingin membinasakan bangsa Israel, musa membujuk Allah agar tidak murka kepada bangsa Israel. Fokusnya bukan kepada bangsa israel yg akan dibinasakan, tetapi musa fokus kepada karakter Allah yg akan rusak dimata manusia karena Dia tidak menepati janjiNya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.
Allah menyesal di dalam pasal ini berada dalam nuansa kesedihan dan belas kasihannya karena dalam maleakhi tertulis bahwa Allah tidak pernah menyesal. Dalam Alkitab seringkali Allah menempatkan dirinya seperti manusia supaya bisa dimengerti karena Allah begitu terlalu besar untuk bisa dimengerti oleh manusia.
Doa musa bagi bangsa Israel merupakan doa syafaat yang agung dimana dia menempatkan dirinya diantara Allah dan bangsanya. Namun doanya tidak dapat membuat dosa bangsa Israel terhapus. Allah tetap memperhitungkan dosa bangsa Israel. Saat ini, tidak ada musa atau paulus yang menjadi pendoa syafaat bagi kita, namun kita memiliki pendoa syafaat yang hidup selamanya, yaitu Yesus Kristus. Dan doa Yesus inilah yang dapat menyelamatkan kita.
Bilangan 11
bangsa Israel kembali bersungut2 mengenai makanan mereka. Mereka menganggap bahwa mereka pantas menerima yang lebih dari itu.
Musa pun marah, bukan kepada bangsa Israel tetapi kepada Allah. Bil 11:11-15. Musa lelah. Ketika kita lelah dan lemah, kita bahkan tidak dapat melihat Allah dengan jelas. Kita dapat kembali ke posisi default kita. Seperti musa, dia menjadi posisi defaultnya yaitu marah.
Yg menjadi fokus bukan kemarahan musa, tetapi respon Allah atas kemarahan musa. Allah memberikan support kepada musa. Allah mengerti kelelahan musa, beban musa yang begitu berat atas tugasnya memimpin bangsa Israel. Tuhan pun memberika support kepadanya. Allah melayani dia.
Allah memberika bantuanNya di saat yg tepat.
Hal terbaik yang dilakukan musa dalam kemarahannya adalah dia datang kepada Allah. Dia datang kepada pribadi yang tepat.

Senin, 02 Januari 2012

Hana

Ditulis sebagai salah satu program bulanan dari Majalah Pearl.

Ada banyak wanita di alkitab yang mengalami kemandulan seperti Hana, yaitu Sara, Rahel, Ribka, dan Elizabet. Mereka masing-masing pada akhirnya dianugrahi Tuhan dengan anak yang menjadi “anak perjanjian”, yang masuk dalam rencana besar Allah.
Keluarga Elkana setia menjalankan ibadah keagamaannya. Setiap tahun selalu datang ke rumah TUHAN untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Seluruh keluarganya, termasuk kedua istrinya, Hana dan Penina memang selalu setia menjalankan perintah keagamaannya. Tapi tidak semua dari mereka yang sungguh-sungguh memiliki relasi dengan Allah. Hal ini terlihat dari sikap Penina yang selalu cemburu dan menyakiti hati Hana (6-7). Sedangkan Hana, selalu mengadukan sakit hatinya pada Allah dalam doa-doanya. Orang yang sungguh-sungguh memiliki relasi dengan Tuhan akan tahu bagaimana seharusnya memperlakukan sesamanya dengan baik, dan kepada siapa dia datang ketika dalam kesedihan.
Elkana lebih mencintai Hana, dan hal ini membuat Penina cemburu. Setiap pria memang seharusnya akan mencintai wanita yang takut akan Tuhan. Karena wanita yang demikian akan memiliki perangai dan karakter yang baik, lembut dan menyukakan hati suaminya. Elkana berusaha untuk bersikap adil pada kedua istrinya dengan memberikan bagian sesuai porsinya masing-masing. Tetapi hal ini justru sering dipakai Penina untuk menyakiti hati Hana. Bahkan berusaha membuat Hana gusar dan melepaskan pengharapannya pada Tuhan (ayat 6-7).
Elkana rutin menjalani  kegiatan ibadahnya tetapi gagal untuk menaati ketetapan Tuhan. Melihat Hana tidak punya anak, ia menikah lagi dengan penina demi mendapatkan keturunan. Di zaman itu memang keturunan adalah hal yang sangat penting, apalagi bagi seorang pria terpandang seperti Elkana. Tetapi hal ini membuat dia melanggar ketetapan Allah dalam kejadian 2 bahwa seorang laki-laki bersatu/menikah dengan seorang perempuan.
Sebagai suami, Elkana juga kurang peka terhadap kebutuhan istrinya. Ketika Hana menangis karena perlakuan Penina yang menyakiti hatinya, respon Elkana sama sekali tidak memberikan solusi. Elkana mengatakan: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?" Ini sama sekali bukan perkataan yang menghibur, hanya retoris saja. Seharusnya Elkana bisa lebih berempati pada perasaan Hana dan memberikan penguatan agar Hana tidak terlarut dalam kesedihannya dan makin teguh berpengharapan pada Tuhan. Seharusnya Elkana juga menegor Penina, atau memberikan peringatan lain yang lebih tegas sebagai bentuk pembelaan untuk Hana sekaligus untuk mendidik Penina. Tapi Elkana sama sekali tidak menegor Penina. Suami seharusnya bisa menjadi imam bagi istrinya, yang mendidik agar istri makin saleh dan benar di hadapan Allah, yang menegor kesalahan istri dan membantu istri memilih arah yang benar agar dapat bersama-sama berjalan menggenapi rencana Allah. Peristiwa ini selalu terjadi setiap tahun, tetapi respon Elkana tetap sama dan tidak pernah dapat memberikan penghiburan bagi Hana. Elkana tidak pernah belajar dari keadaan tahun-tahun sebelumnya.

Hingga pada saatnya, penghiburan bagi Hana datang sendiri dari Allah. Hana datang pada Pribadi yang tepat, yang tahu dengan pasti bagaimana memberi rasa nyaman dan penghiburan saat kita sedang terpuruk dalam kesedihan. Pribadi yang pasti menjawab dengan tepat setiap kebutuhan kita, dengan cara-Nya dan waktu-Nya. Hana berdoa sedemikian khusyuk, dengan perasaan yang sangat dalam hingga mulutnya komat-kamit sambil bercucuran air mata di rumah Tuhan.
Saat Hana berdoa, dia mengalami perubahan perspektif. Awalnya yang dia pikirkan hanyalah anak, anak, anak dan anak. Dia hanya menginginkan kehamilannya sehingga dia tidak lagi dipandang sebelah mata sebagai seorang wanita, dan Penina akan berhenti menyakitinya. Tapi saat dia berdoa, Tuhan mengubah fokusnya sehingga bukan lagi untuk dirinya dia berdoa, tapi terlebih untuk Tuhan. "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya." (ayat 11).
Hana melihat kebutuhan bangsa Israel akan seorang Imam yang benar di hadapan Tuhan. Karena saat itu anak-anak Imam Eli, yakni Hofni dan Pinehas, yang menjadi Imam di Silo berlaku korup dan sangat tidak menghormati Tuhan. Bila pemimpinnya rusak, apalagi umatnya??? Hal ini mendorong hati Hana untuk mempersembahkan anak, yang bertahun-tahun dinantikannya, untuk melayani Allah seumur hidupnya. Dan memang akhirnya Samuel sungguh-sungguh dipakai Allah untuk mengembalikan umat Allah pada-Nya.
Saat melihat Hana berdoa, awalnya Eli memiliki penilaian yang salah. Dia mengira Hana seorang wanita dursila yang sedang mabuk di rumah Allah. Eli sudah mulai kehilangan relasi dengan Allah sehingga diapun tidak lagi peka pada kondisi sekitarnya.  Pada 1 Samuel 3:11-14 Tuhan menegor Eli karena dia lebih menghormati anak-anak-Nya daripada Allah. Hal itu sangatlah berdosa di mata Allah. Karena itulah Eli mulai kehilangan kedekatannya dengan Allah. Tetapi sebagai imam, Allah tetap memakainya untuk menyampaikan jawaban doa Hana, "Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya." (ayat 17).

Mendengar jawaban doanya, Hana “mau makan dan mukanya tidak muram lagi.” (ayat 18).
Memang hanya jawaban Tuhan yang selalu melegakan dan menenangkan hati.  Saat itu Hana sama sekali belum melihat jawaban doanya menjadi nyata, dia belum merasakan mual-mual karena hamil. Namun dia percaya, dia berhenti bersedih dan mukanya kembali penuh sukacita. Hana percaya pada jawaban Tuhan, dan memegang janji-Nya.
Keesokannya, ketika Hana bersetubuh dengan suaminya, Tuhan ingat padanya. Hal ini juga yang terjadi pada Rahel (Kej 30:22 Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya.) Juga pada Ribka (Kej 25:21 Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung.) Ketika Allah mengingat kita, Dia juga mengingat doa permohonan kita. Karena itu tetaplah berdoa (1 Tes 5:17).

Hana menepati janjinya pada Allah, sekaligus melakukan tugasnya sebagai ibu. Dia benar-benar menyerahkan Samuel, anaknya, untuk tinggal di rumah Tuhan seumur hidup. Dan sebagai ibu, dia juga mempersiapkan Samuel. Hana memenuhi kebutuhan fisik Samuel yaitu memberikan ASI dan menjahitkan pakaian iman (jubah), kebutuhan emosi akan kasih sayang (Hana selalu berkunjung ke Silo untuk menjenguk Samuel), sekaligus kebutuhan rohani yakni pengenalan akan Tuhan.
Dari ayat 22-28 sama sekali tidak disebutkan kalau Hana menangis ketika akan menyerahkan Samuel untuk selama-lamanya kepada Tuhan di Silo. Padahal jarak dari rumahnya ke Silo pastilah tidak dekat. Setelah sekian lama Hana menantikan kehadiran anak, dia hanya bisa tinggal bersamanya kurang lebih 2 tahun selama Samuel belum disapih. Setelah itu Hana harus terpisah jauh dari anak satu-satunya. Tapi Hana sama sekali tidak menangis atau bersedih. Dia benar-benar taat pada janjinya karena Tuhan sudah terlebih dahulu menepati janji-Nya. Ayat 27-28 Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN. Hanapun memuji Tuhan dalam doanya (2 Sam 2:1-10) dengan pujian yang hampir mirip dengan pujian Maria setelah diberitahu malaikat bahwa dia mengandung (Luk 1:46-55). Hana memberikan nubuat akan kedatangan juru selamat yaitu Yesus Kristus.

Setelah diserahkan pada Tuhan, Hana tidak meninggalkan Samuel begitu saja. Dia tetap mengerjakan peranannya sebagai Ibu. Dia selalu datang melihat anaknya. 1 Sam 2:9 “Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan.”
Dan TUHAN mengindahkan Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi. (ayat 21).
Hana sungguh beroleh berkat yang berlimpah-limpah dari Allah karena Allah mengasihinya dan Hana meletakkan harapannya pada Tuhan dan percaya pada-Nya.

Pelajaran dari Hana bagiku pribadi:
1. Tetap berdoa dan mengijinkan Tuhan mengubahkan fokusku, yang tadinya untuk diriku sendiri menjadi untuk Tuhan.
2. Mengerjakan perananku dengan sungguh-sungguh sebagai istri yang takut akan Tuhan dan sebagai calon ibu yang setia berdoa dan bekerja.
3. Percaya pada janji Tuhan dan terus berharap pada-Nya. Serta menepati setiap janji, komitmen dan tugasku kepada Allah dan sesama.
4. Tidak boleh lupa bersyukur atas setiap pemberian Tuhan, setiap doa yang dijawab, dan setiap penguatan-Nya yang memberi rasa nyaman dan melegakan.

Entri Populer