Cerita tentang Musa terbagi dalam tiga periode
yaitu 40 tahun pertama di rumah Firaun, 40 tahun kedua di padang midian
sebagai gembala, 40 tahun ketiga sebagai pemimpin bangsa israel keluar
dari mesir. Jadi Musa hidup di 3 masa kehidupan.
A. the birth of the leader
Sejak bayi Musa tinggal bersama ibu kandungnya sampai usianya sudah cukup dewasa barulah dia tinggal di istana Firaun. Musa mendapat pengajaran mengenai Allah melalui orang tuanya saat masih kecil. Waktu itu ibunya sendiri yang menyusuinya walaupun dia diangkat sebagai anak Firaun. Saat di istana, dia menjalani hidup di 2 dunia, yaitu sebagai anggota keluarga raja sekaligus budak sebagai bangsa israel. Yang
bisa kita dapatkan dari sini adalah bahwa kita tidak dapat hidup pada
dua dunia untuk selamanya. Tidak ada orang yang dapat menghamba kepada
dua tuan. Hidup
adalah mengenai pilihan2 yang kita buat dan konsekuensi dari apa yg
kita pilih. Musa menjadi contoh bagaimana kita harus berhikmat dalam
mengambil pilihan-pilihan kita. Musa memilih meninggalkan istana dan
menjadi hamba.
ibrani 11 : 23-27
kita dapat melihat 4 proses, yaitu:
1. Ay 24 : karena iman musa menolak dianggap
sebagai putri firaun. Bahkan pada saat itu musa sudah dalam posisi yg
“besar”. Dia melepaskan segala sesuatu yg “baik” demi kesengsaraan dan
penderitaan sebagai bangsa israel. Sangat bertolak belakang. Itulah
pertobatan. Kita berjalan di arah yg berbeda dengan dunia. Bila musa
sebelumnya berjalan ke arah kenyamanan dan kemakmuran, namun kemudian
berbalik menjadi seorang budak di mesir. Ini membawa kaki musa ke arah
yang berbeda. Dia melepaskan segala kenikmatan sebagai putra firaun agar
dapat memeluk sepenuhnya jalan yg baru. Dan dia lakukan ini dengan
keadaan sadar sepenuhnya karena dia tahu dengan jelas apa konsekuensi
dari pilihannya.
2. Ay 25 : dia memilih untuk menderita. Kebanyakan
dari kita lebih memilih penderitaan selamanya demi kesenangan sementara.
Tapi musa memilih kesengsaraan daripada kesenangan. Musa telah melihat
dalam 40 tahun kehidupannya di istana, orang-orang memiliki segalanya
tapi tetap merasakan kekosongan di dalam hidup mereka. Musa
membandingkan orang tuanya yg sebagai budak yang di mata dunia tidak
memiliki apa-apa tapi memiliki relasi yg hidup dengan Allah yang hidup.
Ini yg membuat musa memilih untuk hidup menderita karena tahu di dalam
Tuhan dia memiliki segalanya.
Nilai hidup kita akan mereflesikan pilihan-pilihan
kita. Musa menilai bahwa penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yg
jauh lebih besar dari semua harta mesir.
3. Musa melihat jauh ke depan, bukan kehidupan di
dunia. Musa melihat upah sebagai umat Allah yang akan dia terima saat
memilih untuk taat kepada Allah.
4. Musa memulai dengan dasar iman. Ay. 27. Ia bertahan sama
seperti ia melihat apa yg tidak kelihatan. Inilah dasar iman. Dan musa
membangun nilainya di atas dasar iman.B. Penggemblengan di Padang Gurun
Keluaran 15 : bangsa israel setelah melewati laut merah.
ini adalah masa 40 tahun musa yang kedua. Dimana musa bekerja pada ayahnya zipora sebagai gembala di padang midian.
Tuhan seringkali menggunakan padang gurun untuk menjadi tempat pelatihan hamba2nya.
Bangsa israel selama 400 tahun sebagai budak di
mesir, banyak dari mereka yg akhirnya mengikuti allah mesir dan mereka
tidak mengenal Allah Abraham, Ishak, Yakub.
Dalam pengembaraan di padang gurun, Allah mengajarkan mereka 3 pelajaran penting.
Kebanyakan dari kita hanya memikirkan tujuan.
Padahal yg paling penting adalah pengajaran Allah bagi kita saat kita
masih dalam perjalanan. Seperti itu juga umat israel.
- Pelajaran yg pertama : kel 15 : 22
mereka 3 hari tidak menemukan air setelah tiga hari sebelumnya Allah membelah laut untuk mereka. Dan mereka mulai mengeluh.
Tokoh2 alkitab biasanya didefinisikan dalam satu
karakteristik. Abraham sbg orang beriman, Daud org yg berkenan di hati
Allah, murid Kristus sebagai orang yg kecil imannya.Dan orang israel
memiliki karakter sebagai umat yang selalu mengeluh.
Kisah musa melemparkan sepotong kayu sehingga air
di Mara menjadi manis, ada yg menganggap ini sebagai perumpaan tentang
salib. Yesus datang ke dunia yang penuh kepahitan ini, disalib, untuk
mentransformasi hidup manusia dengan karya keselamatannya.
Seperti kata Yusuf “engkau merancangkan yg jahat kepadaku tapi Tuhan mereka-rekakannya untuk kebaikan.”
Allah menggunakan salib Kristus untuk mentransformasi hidup kita.
- Pelajaran kedua : Kel 16 : 1-2
bangsa israel sudah satu setengah bulan dalam
perjalanannya. Pelajarannya adalah bagaimana kita mempercayai
providensia Allah dan kita harus menggantungkam diri kita sepenuhnya.
Allah sudah mengetahui kebutuhan kita sebelum kita minta kepadaNya.
Dalam dunia modern, berjalan dalam iman adalah
pelajaran paling sulit. Setiap hari kita harus mengingat apa yg Allah
berikan kepada kita. Semua yang kita terima berasal dari Allah.
Dalam pasal ini Allah mengajarkan bangsa israel bukan hanya untuk mempercayai Allah tapi juga taat kepada Allah.
Percaya dan taat selalu berkaitan.
- Pelajaran ketiga : kel 17 :
bangsa israel mengeluh kepada musa bukan
kepada Allah. Tujuan dari pelajaran di pasal ini adalah Allah ingin
mengajar bangsa israel untuk meminta kepada Allah untuk apa yang mereka
perlukan. Mereka harus puas atas apa yang Tuhan berikan. Pelajarannya
adalah bukan kehadiran Allah atas kebutuhan mereka, tapi tidak adanya
kepuasan dalam apa yang sudah Tuhan berikan kepada mereka.
C. Menjadi Umat Allah
Mulai pasal 20, Allah mengarahkan hidup umat israel untuk hidup menurut hukum dan ketetapan Allah.
Kel 32 : 1
dosa bangsa Israel saat membuat dewa lembu emas,
bukan melanggar hukum pertama tetapi hukum kedua. Mereka menyembah Allah
yg benar dengan cara yg salah. Ini karena terpengaruh agama di mesir.
Semakin lama kita berada di hadapan Allah, semakin
kita dapat melihat dari perspektif Allah dan melihat prioritasnya,
seperti saat musa di atas gunung selama 40 hari.
Dosa bangsa israel dari perspektif Allah : Self
corruption. Mereka merusak diri mereka sendiri dan akibatnya mereka
berdosa kepada Allah. Dikatakan di ay.8
Saat Allah ingin membinasakan bangsa Israel, musa
membujuk Allah agar tidak murka kepada bangsa Israel. Fokusnya bukan
kepada bangsa israel yg akan dibinasakan, tetapi musa fokus kepada
karakter Allah yg akan rusak dimata manusia karena Dia tidak menepati
janjiNya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.
Allah menyesal di dalam pasal ini berada dalam
nuansa kesedihan dan belas kasihannya karena dalam maleakhi tertulis
bahwa Allah tidak pernah menyesal. Dalam Alkitab seringkali Allah
menempatkan dirinya seperti manusia supaya bisa dimengerti karena Allah
begitu terlalu besar untuk bisa dimengerti oleh manusia.
Doa musa bagi bangsa Israel merupakan doa syafaat
yang agung dimana dia menempatkan dirinya diantara Allah dan bangsanya.
Namun doanya tidak dapat membuat dosa bangsa Israel terhapus. Allah
tetap memperhitungkan dosa bangsa Israel. Saat ini, tidak ada musa atau
paulus yang menjadi pendoa syafaat bagi kita, namun kita memiliki pendoa
syafaat yang hidup selamanya, yaitu Yesus Kristus. Dan doa Yesus inilah
yang dapat menyelamatkan kita.
Bilangan 11
bangsa Israel kembali bersungut2 mengenai makanan mereka. Mereka menganggap bahwa mereka pantas menerima yang lebih dari itu.
Musa pun marah, bukan kepada bangsa Israel tetapi
kepada Allah. Bil 11:11-15. Musa lelah. Ketika kita lelah dan lemah,
kita bahkan tidak dapat melihat Allah dengan jelas. Kita dapat kembali
ke posisi default kita. Seperti musa, dia menjadi posisi defaultnya
yaitu marah.
Yg menjadi fokus bukan kemarahan musa, tetapi
respon Allah atas kemarahan musa. Allah memberikan support kepada musa.
Allah mengerti kelelahan musa, beban musa yang begitu berat atas
tugasnya memimpin bangsa Israel. Tuhan pun memberika support kepadanya.
Allah melayani dia.
Allah memberika bantuanNya di saat yg tepat.
Hal terbaik yang dilakukan musa dalam kemarahannya adalah dia datang kepada Allah. Dia datang kepada pribadi yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar